Alasan Pacitan dijuluki Kota 1001 Goa
|golekpawarto.com, PACITAN – Kabupaten Pacitan dikenal dengan 1001 goa, kenapa ? Wilayah kabupaten ini hampir 80% terdiri dari pegunungan bukit kars atau bukit kapur sehingga banyak celah serta lobang dalam tekstur tanahnya dan bahkan ciri khas dari pegunungan kars lainnya antara lain adanya sungai bawah tanah yang tersebar di seluruh wilayahnya, sungai bawah tanah ini disebut juga sebagai luweng atau goa yang memanjang. Nah…! jika anda berkunjung ke Pacitan belum lengkap rasanya jika anda belum mengunjungi minimal salah satu dari ribuan goa atau luweng yang tersebar hampir diseluruh wilayahnya. Ada goa yang dangkal seperti goa gamprit, goa tabuhan di kecamatan donorojo serta ribuan goa lagi yang hampir dimiliki oleh seluruh desa yang ada disana, untuk itu silahkan untuk melengkapi pengalaman wisata alam anda dengan berwisata masuk ke perut bumi di pacitan untuk menikmati keindahan stalagtit maupun stalagmitnya yang mayoritas masih alami.
Faktor topografi Pacitan yang didominasi oleh pegunungan karst atau kapur sebagaimana diatas, menjadikan daerah ini tak banyak dialiri oleh air permukaan atau sungai pada umumnya. Namun sebagai gantinya, ternyata didalam perut bumi pacitan ada banyak sekali goa yang tersebar di area pegunungan kars ini. Selain goa pendek sebagaimana diatas, berikut berbagai goa atau luweng yang sudah bisa dikunjungi oleh wisatawan secara aman namun harus tetap berhati-hati ketika berpetualang diperut bumi Pacitan, antara lain adalah ;
1. Goa Gong, dengan Sendang Bidadari dan Pelita Berwarna Surgawi
Goa Gong, lokasi persisnya terletak di Desa Bomo Kecamatan Punung, goa ini memiliki pemandangan stalagtit yang cukup menakjubkan. Goa ini memiliki kedalaman sekitar 700-800 meter dan memiliki 7 ruangan besar yang memiliki keunikannya masing-masing. Pada salah satu ruangan, anda bisa menemukan sendang yang disebut oleh masyarakat sekitar sebagai Sendang Bidadari yang airnya sangat jernih, goa ini diberi nama dengan Goa Gong karena dalam salah satu ruangnya ada batu unik yang jika ditabuh akan mengeluarkan bunyi seperti suara gamelan Gong.
Bagi yang belum pernah berkunjung ke goa ini mungkin mengira keadaan dalam goa gelap gulita sebagaimana goa pada umumnya. Goa Gong sudah dibuka untuk wisatawan umum sehingga fasilitas didalamnya sudah cukup lengkap, mulai dari insfrastruktur hingga lampu penerangan sehingga ketika anda berkunjung ke goa ini tidak diperlukan membawa alat penerangan seperti senter dan lainsebagainya. Bahkan pengelola goa ini telah memasang lampu temaram yang menciptakan warna-warni yang cantik pada dinding-dinding goanya, akses masuk berupa jalan setapak pun juga sudah dibangun secara memadai serta cukup aman karena dilengkapi dengan pagar pembatas agar para wisatawan tidak sembarangan menginjak bagian goa yang eksotis ini.
2. Goa Tabuhan, memainkan alunan musik dengan stalagtit dan stalagmit goa
Selain Goa Gong anda juga bisa mengunjungi Goa Tabuhan. Goa ini juga sudah dibuka untuk umum sehingga sudah cukup aman untuk dikunjungi, bagi anda yang tertarik dengan musik gamelan khas Jawa, di goa ini tersedia seniman pemukul gamelan atau yogo yang siap menghibur anda dengan menabuh gamelan yang semua perangkatnya terdiri dari batu stalagtit didalamnya. Suara batu unik ini jika ditabuh akan memiliki suara khas gamelan jawa pada umumnya. Tertarik untuk mengunjungi ? silahkan langsung saja menuju ke lokasinya karena goa ini tidak jauh dari goa gong, persisnya di Dusun Tabuhan Desa Wareng Kecamatan Punung sekitar 30 KM arah barat kota Pacitan. Goa Tabuhan ini memiliki stalagtit dan stalagmit yang cukup bagus karena berada di bukit kapur, adapun kedalaman goa ini sekitar 100 meter dan memiliki dua ruangan. Awalnya goa ini bernama Goa Tapan, hal ini dikarenakan dahulu goa ini sering dimanfaatkan oleh para spiritual untuk bertapa, sehingga sampai saat ini pun nuansa mistis masih sangat terasa.
Menurut cerita masyarakat sekitar tentang perubahan nama goa ini disebabkan oleh adanya salah satu ruang dalam sudut goa ini terdapat sekumpulan batu stalagtit yang bisa menghasilkan bunyi serupa gamelan, sehingga sekelompok seniman gamelan dari warga setempat yang menabuh batu stalagtit hingga tercipta bunyi-bunyian orkestrasi nada yang ajaib sebagaimana suara perangkat musik gamelan jawa, hal inilah yang menjadi dasar utama untuk merubah nama goa ini dari Goa Tapan menjadi Goa Tabuhan.
3. Goa Luweng Jaran, perjalanan 48 kilometer ke pusat Bumi
Kalau anda pernah melihat film tentang petualangan ke perut bumi yang berjudul Journey to the Center of the Earth, nah … Goa Luweng Jaran inilah jawabannya, walaupun Goa Luweng Jaran ini belum setenar dengan Goa Gong dan Goa Tabuhan namun dalam goa inilah yang menawarkan sensai pemangangan isi perut bumi yang tidak dimiliki oleh goa-goa lainnya. Bagi anda yang menyukai wisata petualangan alam menelusuri sungai bawah tanah khususnya luweng anda bisa menikmati petualangan menuju ke perut bumi yang cukup menakjubkan sebagaimana di film tersebut.
Goa Luweng Jaran ini punya lorong yang sangat panjang serta terhubung dengan goa atau luweng lainnya. Konon menurut cerita, panjang lorong dari luweng ini hingga mencapai 48 kilometer ! dengan menelusuri lorong sepanjang tersebut anda bisa menikmati pemandangan stalagtit dan stalagmit yang menyerupai ornamen-ornamen unik yang terbentuk secara alami.
Lokasi Goa luweng Jaran terletak di Dusun Kasri Desa Jlubang Kecamatan Pringkuku sekitar 20 KM arah barat kota Pacitan. Untuk memasuki goa luweng yang satu ini anda harus menggunakan peralatan yang cukup lengkap dan harus mendapatkan izin dari instansi terkait dari pemerintah kabupaten Pacitan.
4. Goa Song Terus, di mana kamu bisa bertemu salah satu manusia tertua di Indonesia: Mbah Sayem, 10.000 tahun
Masih di Kecamatan Punung, tepatnya di Desa Mendolo Lor, ada sebuah goa yang diyakini menjadi tempat tinggal manusia purba, yaitu Goa Song Terus. Sejak ditemukannya kerangka manusia purba berusia 10 ribu tahun pada 1999 lalu, goa ini menjadi destinasi wisata terutama bagi para arkeolog untuk meneliti sejarah manusia purba.
Tentu tidak ada yang tahu nama sebenarnya dari manusia purba ini. Namun, warga sekitar sepakat menamainya Mbah Sayem, kerangka manusia purna ini adalah seorang laki-laki berusia sekitar 40-50 tahun. Ketika ditemukan, ia sedang menggenggam alat batu dan alat kerja dari tulang.
Tidak jauh dari Goa Song Terus, ada satu goa lain yang juga menjadi tempat bersemayam para manusia purba yakni Goa Song Keplek. Di Goa Song Keplek inilah ditemukan berbagai testamen bahwa manusia sejak dahulu kala bertahan hidup karena kerja keras yang ditandai dengan adanya artefak seperti gurdi, lancipan, limas, serta alat-alat serpih lainnya yang terkubur dalam goa tersebut.
Goa ini merupakan situs arkeologi yang sangat penting bagi sejarah manusia purba di Pacitan, oleh karena itu pengunjung harus berhati-hati saat mengunjunginya karena disana masih terdapat lobang yang cukup dalam dan masih menjadi area penelitian para arkeolog hingga kini. Silahkan yang tertarik untuk mengunjungi goa ini untuk menambah wawasan pengetahuan tentang manusia purba. Dengan adanya penemuan goa yang menyimpan kerangka manusia purba di Pacitan ini bisa dimungkinkan sejarah peradaban bangsa nusantara lebih tua daripada bangsa manapun di dunia ini.
Demikian sedikit contoh tentang goa serta luweng di Pacitan yang mengakibatkan Pacitan dijuluki sebagai kota 1001 goa, sebenarnya masih ada ribuan goa maupun luweng yang tersebar diseluruh wilayah kabupaten Pacitan. Silahkan ikuti terus update informasi mengenai goa unik yang ada di pacitan dari kami ya… ! Salam sukses selalu buat anda semua….