Antara Reyog dan Reog Ponorogo

reog3Golekpawarto.com, PONOROGO-Pada tahun 2007 negara tetangga malaysia pernah membikin heboh rakyat Indonesia yakni dengan mengklaim kesenian daerah asli dari Ponorogo yang terkenal dengan reog dengan istilah lain yaitu Barongan. Dengan menempatkan tulisan “Malaysia” di atas kepala singa maka negara tetangga ini menyampaikan pesan sekaligus untuk mempengaruhi publik agar seakan-akan kesenian ini berasal dari Malaysia. Mereka berdalih bahwa kesenian barongan ini berasal dari kisahnya Nabi Sulaiman.

Efek samping dari klaim yang dilakukan malaysia atas kesenian khas Ponorogo ini menjadikan kesenian ini lebih dikenal dunia lagi. Istilah REYOG atau REOG pun akhirnya menjadi bahan perbincangan hangat di tengah-tengah masyarakat khususnya para pelaku seni dan budaya.

Kesenian Reyog Ponorogo ini memiliki sejarah yang cukup panjang. Nama REYOG diganti menjadi REOG pada saat penguasa atau bupati Markum Singodimedjo, dengan alasan agar penulisan dan pengucapan sesuai dengan rumus bahasa ejaan yang disempurnakan (EYD). Walaupun keputusan ini banyak menuai protes dari kalangan budayawan serta seniman lokal Ponorogo maupun budayawan nasional, karena memang tidak seharusnya pemerintah atau siapapun dapat mengganti properti dari budaya asli kita ini dengan dalih apapun.

reog2Kata REYOG dalam buku “Pedoman Dasar Kesenian Reog Ponorogo dalam Pentas Budaya Bangsa” yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah Ponorogo pada tahun 1993,  disebutkan bahwa kata Reyog itu berasal dari kata Riyeg dan Riyoqun. Kata Riyeg berasal dari padanan kata reyot atau horeg (bergetar) diambil dari suasana dimana saat seni Reyog Ponorogo tersebut diciptakan. Perbedaan dalam penggunaan kata Reyog dan Reog memang sudah sangat akut. Padahal, konon, yang benar adalah kata Reyog. Sampai saat ini, istilah penulisan REYOG masih banyak tetap dipakai oleh orang asli Ponorogo walaupun tidak berdomisili di Ponorogo.

Baca Juga :  Sejarah Ponorogo

Kata REOG diciptakan oleh Bupati Ponorogo Bapak Markum Singodimedjo dengan tujuan sebagai semboyan kota Ponorogo, yang memiliki kepanjangan;
(R) esik
(E) ndah
(O) mber
(G) irang-gumirang.

Semboyan tersebut kurang lebih artinya adalah sebagai berikut ; Ponorogo diharapkan menjadi kota yang bersih, indah (asri), murah (makmur) sehingga serba bahagia.

Sementara kata REYOG merupakan penulisan nama untuk seni REYOG PONOROGO ternyata memiliki makna hidup yang cukup mendasar. Adapun kata REYOG juga memiliki kepanjangan dari ;

(R) asa kidung
(E) ngkang sukmo adi luhung
(Y) ang Widhi, Yang Agung,
(O) lah kridaning Gusti
(G) elar gulung kersaneng Kang Moho Agung.

Menurut Kasni Gunopati atau Mbah Wo Kucing kata Reyog memiliki makna bahwa; “Segala Puji bagi Tuhan Yang Maha Agung, semua yang terjadi karena kehendakNYA. Suatu sikap ikhlas tanpa pamrih, kepasrahan yang bukan fatalistik”  

Demikian sekelumit perbedaan antara kata REYOG dan REOG yang tetap menjadi bahan perbincangan hangat di tengah-tengah pelaku seniman dan budayawan baik lokal maupun nasional. Pada penulisan berikutnya kami akan mengupas tentang asal usul kesenian Reyog dari masa kerajaan Bantarangin hingga kini.

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.