Odyssey of True Love Story Galuh Candra Kirana
|golekpawarto.com, PACITAN – Galuh Candra Kirana (disebut Dewi Sekar Tadji) adalah putri dari Kerajaan Kediri. Galuh sedang mengembara bersama saudara laki-lakinya yang bernama Sukonandhi dikawal pungawa kerajaan. Pengembaraan Galuh dalam rangka mencari Suaminya yang bernama Panji Asmara Bangun. Yang saat itu Panji juga sedang mengembara ke Karang Padesan untuk memesan senjata perang dan menunggu sampai senjata tersebut jadi. Sedangkan Galuh tidak tahu perginya Panji.
Dalam pengembaraannya dari hari berganti bulan belum bertemu Suaminya. Perjalanannya Galuh dari Kediri keselatan terus hingga sampai di wilayah selatan daerah Wirati yaitu didaerah pantai selatan. Dengan saudaranya Sukonandi disiang hari yang panas merasa kelelahan dan kehausan maka istirahatlah mereka berdua dibawah pohon yang rindang untuk melepaskan lelah dan saat itu sebelum jongkok, Galuh terkejut oleh seseorang yang sudah terlebih dahulu duduk. Galuh menegur kepada orang tersebut yang ternyata bernama Ki Godheg yang sedang babad hutan untuk dijadikan tempat tinggal dan perkampungan.
Setelah sejenak duduk Galuh meminta air minum untuk melepas dahaga pada ki Godheg, tapi dijawab oleh ki Godheg bahwa disini tidak ada air minum, sumur atau surau pun tidak ada. Maka Galuh minta kepada ki Godheg untuk dicariKkan kelapa muda (Jawa : degan) untuk minum. Tetapi Godheg menjawab bahwa dihutan ini tidak ada pohon kelapa, maka ki godheg menawarkan kalau mau menunggu sejenak akan dicarikan ke pantai Selatan dan Galuh pun mau menunggu sampai Godheg mendapat kelapa muda. Karena letak pantai selatan itu jauh maka Sukonandi tidak mau menunggu dan berjalan meninggalkan Galuh. Godheg orang sakti, dengan bersemedi maka tubuh Godheg masuk kedalam tanah dan sampailah di pantai selatan. Sebentar kemudian sudah sampai di hadapan Galuh lagi. Setelah dikupas (Jawa : Parisi) degan tersebut diberikan pada Galuh untuk diminum. Tetapi air degan tersebut tidak habis mau diberikan Sukonandi sudah tidak ada maka air tersebut ditumpahkan dibawah pohon tersebut.
Keajaiban terjadi, tempat itu menjadi sumber air yang jernih dan berkatalah Galuh pada Godheg jika nanti saudaranya datang dapat minum air tersebut. Dan kelak tempat ini menjadi padesan supaya dinamakan Sekar. Setelah itu Galuh meneruskan perjalanannya untuk mencari suaminya dan menyusul Sukonandi. Godheg merasa gembira setelah ada sumber air jernih yang dapat untuk kebutuhan Godheg selama membabat hutan tersebut. Sambil merenung Godheg berfikir sebaiknya hari ini dijadikan hari yang sangat istimewa dan sakral karena telah disabda oleh Ratu. Saat itu adalah hari Senin Kliwon Bulan Longkang, maka oleh Godheg kalau sudah menjadi perkampungan akan dinamakan Desa SEKAR dan sumbernya juga sumber SEKAR karena berasal dari nama Dewi Sekar Tadji. Bersamaan dengan munculnya sumber tersebut juga terjadi keajaiban di tempat ambles Godeg tersebut keluarlah sumber air dan oleh Godheg dinamakan sumber TELENG karena merupakan bekas amblesnya Godheg ke telenge samodra pantai selatan. Dan dua sumber tersebut akan dijadikan sumber penghidupan desa tersebut. Sepeninggal Galuh, Godheg lebih giat dalam membabat hutan untuk dijadikan Desa. Sukonandi pergi ke barat berjalan terus dan sesekali berhenti untuk menunggu adiknya. Setelah lama menunggu tidak datang-datang maka Sukonandhi melanjutkan perjalanan, karena ingat adiknya tadi kehausan dan Sukonandhi sudah dapat air minun maka sisanya ditinggalkan ditempat itu dengan harapan air tersebut dapat ditemukan oleh adiknya untuk diminum.
Dan sebagai pertanda kalau air itu dari saudaranya maka Sukonandhi melepaskan pakaiannya ditinggal di situ juga. Tetapi sebelum air dan pakaian sukonandhi ditemukan Dewi Sekar tadji, pakaian itu ditemukan dulu oleh orang perempuan. Dan betapa kagetnya seseorang perempuan tadi setelah melihat ada pakaian disitu, maka orang tersebut mengira kalau pakaian itu. Air didekatnya lalu dibuang air itu tapi keajaiban terjadi tempat tumpahnya air itu mengeluarkan air, maka oleh orang itu sumber itu dinamai sumber Sandang karena air tadi dekat sandangan (pakaian) maka dicucilah pakaian itu di sumber tersebut dan dibawa pulang dan desa tempat sumber itu sekarang dinamakan Sukodono karena berasal dari Sukonandi. Maka sampai sekarang orang yang berasal dari desa sekar kususnya krajan dan sukodono khususnya krajan tidak boleh derjodoh kalau laki lakinya berasal dari Desa Sekar. Itulah legenda Galuh sampai terjadinya sumber Sekar dan bersih desa Ceprotan untuk memperingati hari jadi Desa Sekar pada hari Senin Kliwon bulan Longkang tiap tahun.
Sumber : Sunardi Wicaksono, Kepala Desa Sekar, Juru Kunci Desa Sekar