Pacitanian Culture, The Heaven of Java
|golekpawarto.com, PACITAN – Nama Pacitan disebut mulai jaman prasejarah, Pacitan memiliki andil dalam peradaban manusia dibumi. Pacitan mulai terjadi kehidupan dikenali dengan adanya peninggalan-peninggalan manusia purba. Pacitan terkenal dengan bukit karst yang merupakan fakta peradaban zaman batu. Pacitan secara geografis adalah wilayah pesisir yang marginal. Pegunungan karst Pacitan mencakup wilayah Kecamatan Punung, Donorojo, dan Pringkuku.
Gunung Sewu
Pacitan merupakan kawasan gunung sewu yang terdiri dari perbukitan karst. Gunung sewu secara geologis mempunyai karakter berbeda dibanding wilayah Pulau Jawa lainnya, Iklimnya kering, banyak aliran sungai bawah tanah dan sebagian besar adalah dataran batu berongga. Karakter alam tersebut menjadi alasan kuat
Pacitan merupakan salah satu tempat tinggal bagi manusia purba. Pacitan mendapatkan gelar ibukota pra sejarah dunia. Riset prasejarah dilakukan para ahli sejak adanya temuan parsial bukti jaman prasejarah dan kini masih menjadi discourse.
Kajian arkeologi di Pacitan, pada tahun 1935 oleh Gustav Heinrich Ralph Von Koeningswald seorang Paleontolog dan Geolog Jerman bersama temannya Tweedie menemukan situs Kali Bak Sooka, di kecamatan Punung. Situs itu merupakan bengkel manusia purba terbesar dari kebudayaan Paleolitik atau lebih dikenal sebagai budaya Pacitanian.
Temuan tersebut menunjukkan bahwa Pacitan sudah dihuni manusia pada masa pra sejarah. Benda-benda yang ditemukan diduga merupakan alat kerja tingkat sederhana jaman prasejarah yang digunakan untuk berburu dan mengumpulkan makan. Bengkel besar peralatan ditemukan pula di situs Ngrijangan, Desa Sooka
Disparpora
Dokumen Disparpora Pacitan menyatakan terdapat kurang lebih 261 lokasi situs prasejarah yang tersebar di Pacitan, baik yang sudah diekplorasi maupun baru sebatas tahapan survey, dan kemungkinan diperkirakan masih ada jutaan artefak prasejarah terkubur di lokasi situs tersebut. Koeningswald memperkirakan disitus Kali Bak Sooka sedikitnya 3.000 artefak telah berhasil dikumpulkan.
Upaya penggalian intensif dilakukan kembali tahun 1992. Tim dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional yang dipimpin HT Simanjuntak menemukan sejumlah alat pangkas dari batu rijang dengan berat 13kg di situs Song Keplek.
Situs-situs lain penemuan artefak-artefak diantaranya adalah, Song Terus, situs Sungai Banjar, Sungai Karasan, Sungai Jatigunung di Kecamatan Tulakan, Kedung Gamping, dan bengkel anak panah di Situs Blawong Desa Mantren.
Di Goa Gamprit juga ditemukan alat untuk mengolah padi menjadi beras dalam acara pembukaan Pariwisata Desa yang dipimpin oleh Sunardi Wicaksono pada tahun 2014. Alat pengolah padi berupa bulatan-bulatan donat yang saling diadu dan diputar untuk menggilas butiran padi hingga terkelupas.
Kebudayaan Pacitanian
Arkeolog Soekmono mengatakan bahwa kebudayaan tertua Pacitan berasal dari lapisan Trinil, yaitu lapisan pleistosen tengah tempat ditemukannya fosil Pithecantropus Erectus sebagai pendukung kebudayaan Palaelitikum. Pithecantropus Erectus adalah manusia pertama dan tertua yang menjadi penghuni Indonesia.
Kebudayaan Pacitanian adanya peralatan kapak genggam, kapak perimbas, kapak penetak (chopper), mata panah, serut, alat-alat dari tulang (spatula) dan lain sebagainya yang ditemukan di situs Kali Bak Sooka. Ciri-ciri kapak genggam diantaranya terdapat pangkasan dikedua sisi. Pangkasan itu menciptakan bentuk yang simetris poros dan dua sisinya retus menyeluruh, keadaan dan bentuknya menonjol.
Sedangkan ciri-ciri kapak perimbas dikenali dari bentuk tajam hanya pada satu sisi dan digunakan untuk keperluan sehari-hari. Kapak perimbas selain alat untuk mencari ubi juga untuk berburu. Dalam berburu dan mengumpulkan makanan manusia juga menciptakan ujung anak panah dari batu.
Artefak
Ditemukan juga kapak penetak, serut, dan alat-alat dari tulang, manik-manik sebagai sarana yang dipakai sebagai perhiasan dan juga biasanya dipakai sebagai bekal kubur. Manik-manik semacam ini mulai ada sejak masa bercocok tanam yang pada saat itu juga berkembang kebudayaan Megalithikum seperti dolmen, kubur batu, dan sebagainya.
Bengkel peralatan di Ngrijangan untuk berbagai jenis beliung seperti, kapak persegi, kapak corong, kubur persegi, pahat dan serut. Situs Ngrijangan dinyatakan sebagai bengkel beliung pada masa neolitikum.
Pengkajian situs prasejarah Pacitan berlanjut dengan penelitian tim arkeolog dipimpin warga Prancis, Francois Semah, pada penggalian di situs Song Terus tim menemukan kerangka manusia purba dari ras Austrialid yang hidup sekitar 12.000 tahun SM. Teknologi peralatan manusia purba Pacitanian lebih unggul jika di banding dengan penemuan di Ngawi dan Sangiran, tetapi temuan fosil di Pacitan kalah banyak.
Situs purbakala prasejarah Pacitan dapat dilihat di Museum Song Terus. Selain menyimpan benda prasejarah, di museum ini juga dipajang berbagai peralatan budaya tradisional.
Sumber: Buku Pacitan The Heaven of Indonesia