Sejarah

golekpawarto.com, TRENGGALEK – Berdasar pada Kitab Babon Sejarah Trenggalek, Kabupaten Trenggalek telah dihuni manusia sejak ribuan tahun yang lalu, yaitu pada jaman pra-sejarah. Hal itu dapat dibuktikan dengan telah ditemukannya artefak-artefak jaman batu seperti: Menhir, Mortar, Batu Saji, Batu Dakon, Palinggih Batu, Lumpang Batu dan lain-lain. Benda-benda tersebut tersebar di daerah-daerah yang terpisah yang dimungkinkan adalah jalur perjalanan manusia Pemula. Berdasar data tersebut disimpulkan, bahwa perjalanan manusia Pemula berasal dari Pacitan menuju ke Wajak Tulungagung dengan melalui jalur Panggul, Dongko, Pule, Karangan dan menyusuri sungai Ngasinan menuju Wajak Tulungagung, jalur lainnya dari melalui Ngerdani, Kampak, Gandusari, dan jalur menyusuri Pantai Selatan Panggul, Munjungan, Prigi.

Menurut HR. Van Keerkeren, Homo Wajakensis (manusia purba wajak) hidup pada masa plestosen yakni berkisar antara 8.000 hingga 23.000 tahun yang lalu. Sehingga, disimpulkan bahwa pada jaman itulah Kabupaten Trenggalek dihuni oleh manusia. Artefak-artefak peninggalan manusia purba salah satu bukti eksistensi Trenggalek.

Trenggalek belum cukup kuat bukti karena artefak-artefak tersebut karena tidak ditemukan adanya tulisan. Adanya penemuan prasasti Kamsyaka pada tahun 929 M, dapat diketahui bahwa Trenggalek sebagai daerah yang memiliki hak otonomi / swatantra, diantaranya Perdikan Kampak berbatasan dengan Samudra Indonesia di sebelah Selatan. Kampak memiliki wilayah meliputi Panggul, Munjungan dan Prigi. Disamping itu, disinggung pula daerah Dawuhan dimana saat ini termasuk wilayah Kabupaten Trenggalek, pada jaman itu tulisan juga sudah mulai dikenal.

Setelah ditemukannya Prasasti Kamulan yang dibuat oleh Raja Sri Sarweswara Triwikramataranindita Srengga Lancana Dikwijayatunggadewa atau lebih dikenal dengan sebutan Kertajaya (Raja Kediri) yang juga bertuliskan hari, tanggal, bulan, dan tahun pembuatannya, maka Panitia Penggali Sejarah menyimpulkan bahwa tulisan prasasti tersebut adalah Hari Jadi Kabupaten Trenggalek. Tanggal 31 Agustus 1194 hari Rabu Kliwon secara yuridis formal adalah lahirnya Kabupaten Trenggalek.

Menurut bukti administrasi yang ada di Bagian Pemerintahan Kabupaten Trenggalek, nama-nama Bupati yang pernah menjabat di Kabupaten Trenggalek adalah:

Jaman Trenggalek Awal

  1. Sumotruno (menjabat tahun 1793)
  2. Djojonagoro (menjabat tahun …)
  3. Mangoen Dirono (menjabat tahun …)
  4. Mangoen Negoro I (menjabat tahun 1830)
  5. Mangoen Negoro II (menjabat tahun … – 1842)
  6. Arjokusumo Adinoto (menjabat tahun 1842 – 1843)
  7. Puspo Nagoro (menjabat tahun 1843 – 1845)
  8. Sumodiningrat (menjabat tahun 1845 – 1850)
  9. Mangoen Diredjo (menjabat tahun 1850 – 1894)
  10. Widjojo Koesoemo (menjabat tahun 1894 – 1905)
  11. Poerba Nagoro (menjabat tahun 1906 – 1932)

Jaman Trenggalek Manunggal

Dengan manunggalnya kembali wilayah Pembantu Bupati di Panggul dengan wilayah Pembantu Bupati di Trenggalek, Karangan dan Kampak, maka pada jaman itu Trenggalek merupakan daerah Administrasi dalam arti mempunyai wilayah kekuasaan sendiri. Adapun Bupati yang menjabat pada masa itu hingga sekarang adalah:

  1. Noto Soegito (menjabat tahun 1950)
  2. Latif (menjabat tahun 1950)
  3. Muprapto (menjabat tahun 1950 – 1958)
  4. Abdul Karim Dipo Sastro (menjabat tahun 1958 – 1960)
  5. Soetomo Boedi K. (menjabat tahun 1965)
  6. Hardjito (menjabat tahun 1965 – 1967)
  7. Muladi (menjabat tahun 1967 – 1968)
  8. Soetran (menjabat tahun 1968 – 1974)
  9. Poernanto (menjabat tahun 1974 – 1975)
  10. Soedarso (menjabat tahun 1975 – 1985)
  11. Haroen Al Rasyid (menjabat tahun 1985 – 1990)
  12. H. Slamet (menjabat tahun 1990 – 1995)
  13. H. Ernomo (menjabat tahun 1995 – 2000)
  14. Mulyadi WR (menjabat tahun 2000 – 2005)
  15. Soeharto (menjabat tahun 2005 – 2010)
  16. Mulyadi WR (menjabat tahun 2010 – 2015)
  17. Dr Emil Elistianto Dardak (menjabat tahun 2015- sekarang)

Geografi

Trenggalek terletak pada koordinat 111º 24’ hingga 112º 11’ bujur timur dan 7º 63’ hingga 8º 34’ lintang selatan dengan luas wilayah 1.261,40 Km². Trenggalek sebagian besar terdiri dari pegunungan dengan luas 2/3 bagian luas wilayah. Sedangkan sisa-nya 1/3 bagian merupakan tanah dataran rendah. Ketinggian tanahnya diantara 0 hingga 690 mdpl. Luas wilayahnya 126.140 ha, Trenggalek terbagi menjadi 14 Kecamatan dan 157 desa. Hanya sekitar 4 Kecamatan yang mayoritas dataran, yaitu Kecamatan Trenggalek, Pogalan, Tugu dan Durenan yang luas wilayahnya kurang dari 50,00 Km². Sedangkan 10 Kecamatan lainnya mayoritas Pegunungan. Sedangkan 3 Kecamatan yang luasnya antara 50,00 Km² – 100,00 Km² adalah Kecamatan Trenggalek, Tugu, dan Karangan. Dan 7 Kecamatan lainnya mempunyai luas diatas 100,00 Km².

Batas Wilayah Kabupaten Trenggalek sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo dan Tulungagung, sebelah Timur Kabupaten Tulungagung, sebelah Selatan adalah samudra Hindia, dan sebelah Barat adalah Kabupaten Ponorogo dan Pacitan.

Geologi 

Struktur tanah Trenggalek bagian Utara Andosol dan Latosol, bagian Timur Mediteran, Grumosol dan Regosol, bagian Selatan Alluvial, dan bagian Barat Mediteran. Trenggalek berada di sekitar garis Katulistiwa sehingga mempunyai perubahan Iklim 2 kali setiap tahunnya yakni musim kemarau yang terjadi pada bulan Mei–Agustus dan merupakan musim penghujan, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan September – April. Keadaan Cuaca dan Curah Hujan  menunjukkan pola musim penghujan dan musim kemarau setiap tahunnya.

Susunan explorasi tanah di atas menunjukkan daerah yang menjadi produsen pertanian tanaman pangan skala kecil. Pada tahun 2008 pengusahaan tanah untuk sawah tercatat hanya 9,57 persen dari luas daerah yang memproyeksikan pengusahaan tanah memungkinkan dikembangkan untuk sektor lain yang bukan pertanian tanaman pangan saja, misalnya tanaman perkebunan cengkeh, kopi, tanaman keras dan hortikultura (durian, mangga, dll).

Kondisi tanah banyak mengandung berbagai ragam bahan galian yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan, wilayah Trenggalek paling banyak adalah Hutan Negara yaitu 48,31 persen dari wilayah Kabupaten. Sebagian dari wilayah hutan tersebut adalah lahan kritis. Selain itu terdapat hutan rakyat dengan luas 16.607,5 Ha dengan produksinya antara lain sengon, akasia, mahoni, jati, dll, sebagai produsen kayu bulat dan kayu bakar.

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi tingkat kesuburan tanah adalah banyaknya gunung berapi yang masih aktif serta aliran sungai yang cukup besar. Gunung berapi dan sungai yang lebar berfungsi sebagai sarana penyebaran zat-zat hara yang terkandung dalam material hasil letusan gunung berapi. Trenggalek tidak mempunyai gunung berapi yang masih aktif, yang ada hanya pegunungan kecil yang tidak aktif. Pegunungan tersebut banyak terkandung bahan tambang, misalnya marmer, mangan, kaolin, dan lainlain. Sedangkan sungai di Trenggalek terdiri atas 28 sungai dengan panjang antara 2,00 Km hingga 41,50 Km. Adapun sumber air yang tercatat sejumlah 361 mata air yang tersebar di masing-masing kecamatan dan sebagian besar sudah dimanfaatkan

Potensi Sumberdaya alam

Potensi tambang

Kabupaten Trenggalek memiliki berbagai macam potensi tambang antara lain, bijih besi, marmer, mangaan, feldsfar, batu bara, bentonit, emas.

Perindustrian

Tabulasi Data Industi Trenggalek

Potensi wisata

  1. Pantai Pelang
  2. Pantai Kunang
  3. Pantai Taman Kili-kili
  4. Pantai Prigi
  5. Pantai pasir putih
  6. Pantai cengkrong
  7. Pantai Damas
  8. Pantai Blado
  9. Pantai ngampiran
  10. Pantai ngulung wetan
  11. Pantai ngadipuro
  12. Gua Lowo
  13. Gua ngerit
  14. Gua Gajah mada
  15. Gua Sriti
  16. Air terjun jurug
  17. Air Terjun Coban Rambat
  18. Air Terjun Kali anjlok
  19. Air Terjun jurug Penjalin
  20. Air Terjun Kedung Maron
  21. Air Terjun Jurug Waru
  22. Hutan mangrove pancer cengkrong
  23. Hutan Kota
  24. Trenggalek Green park
  25. Bukit Banyon
  26. Gunung Gemblung
  27. Gunung Sepikul
  28. Puncak Gunung Prongos
  29. Puncak Gunung Gembes
  30. Telaga kebak