True Love Story Dewi Sekar Taji and Panji Asmoro Bangun in Babad Ki Godeg, Chapter I
|
Cronologies of Ceremony
golekpawarto.com, PACITAN – Peringatan hari jadi Desa Sekar bermula dengan selamatan dan sesaji lengkap, antara lain sebagai berikut : kelapa muda yang dikupas, nasi, krecek, jadah dari ketan dan dua buah panggang yang nantinya dimakan bersama-sama setelah diberikan doa bersama. Acara disertai dengan tirakatan. Maka terjadilah peristiwa yang mana dari salah satu peserta sesaji tersebut secara diam-diam orang tersebut mencuri panggang untuk dimakan. Kemudian salah seorang peserta upacara sesaji tersebut sepontan mengambil kelapa muda (bluluk yang telah dikuliti sampai tempurungnya melunak) sesaji tersebut untuk dilemparkan pada orang yang mencuri panggang tersebut sambil berteriak dan selanjutnya semua orang-orang yang ada disitu ikut memburu dan melempari nya dengan bluluk. Maka dengan kejadian tersebut setiap memperingati hari jadi Sekar di adakan dengan cara mencari bluluk untuk Ceprotan.
Ceprotan adalah kegiatan sekelompok pemuda Krajan Sekar dengan membawa beberapa bluluk yang telah dikupas dan disediakan dua ekor panggang ayam yang dibawa oleh juru kunci ke tengan arena Ceprotan untuk diambil (dicuri) dan yang berani akan dilempari atau diceprot dengan bluluk secara beramai-ramai. Waktu pelaksanaan Ceprotan sekitar jam 18.00 Wib atau menjelang Maghrib. Ceprotan diyakini dihadiri oleh para danyang sewilayah sekitar dan disaksikan oleh mahkluk halus. Karena telah beberapa kali terjadi keanehan jika pelaksanaan ceprotan tersebut kesiangan. Maka kalau masih siang sudah dilaksanakan berarti undangan yang ada hubunganya dengan makluk halus itu belum datang. Dan dengan kemarahanya akan berakibat ke masyarakat sekitar. Upacara dimulai dengan pengarakan bluluk sebagai alat Ceprotan menuju tempat lapangan Desa. Bluluk dibawa pakai keranjang bambu (kranjang moto ero) dan dibawa oleh pemuda. Arak-arakan pemuda menuju lapangan mengikuti tetua (juru kunci) untuk ditunjukkan jalan.
Kemudian pemuda-pemuda ini dibagi menjadi dua kubu yang ditempatkan secara berseberangan. Keranjang berisi bluluk, diletakkan didepan masing-masing anggota kubu yang telah berjajar dengan posisi menghadap ke arah kubu lawan. Antar kedua kubu ini diberi jarak beberapa meter sehingga mereka tidak berhadapan secara langsung. Dalam rangkaian Upacara ditampilkan sendratari yang menceritakan pertemuan antara Ki Godeg dengan Dewi Sekar Taji yang sedang mencari Panji Asmoro Bangun. Selanjutnya juru kunci memberikan aba-aba agar semua yang hadir dalam upacara diam, nuansa mistis yang mencekam. Sebelum acara dimulai, tetua adat membacakan doa-doa. Di antara kubu pemuda dalam ruang ritual diletakkan sebuah panggang (ingkung atau ayam utuh yang dipanggang). Setelah semuanya siap, anggota dari kedua kubu mulai saling melempar kelapa muda yang berada di depan mereka. Kedua kubu melempari orang yang membawa panggang. Dengan kepercayaan setiap orang yang terkena lemparan hingga kelapa yang dilemparkan pada mereka pecah dan airnya membasahi tubuhnya dianggap sebagai orang yang kelak akan mendapatkan rezeki yang melimpah.