Upacara Adat Ceprotan, Sekar Pacitan Peninggalan Kediri
|golekpawarto.com, PACITAN – Upacara adat Ceprotan adalah upacara ritual tradisi masyarakat Sekar. Ceprotan selalu dilaksanakan tiap tahun pada bulan Dzulqaidah (Jawa : Longkang), hari Senin Kliwon. Kalau dalam bulan Longkang tidak ada memakai hari Minggu Kliwon. Acara ini dimaksudkan untuk memperingati pendahulu Desa Sekar yaitu Dewi Sekartaji dan Panji Asmoro Bangun. Desa Sekar terletak di sebelah barat Kota Pacitan, jarak dari Kota kurang lebih 25 km. Desa Sekar merupakan bagian dari Kecamatan Donorojo, berada di Jalan Raya Pawonsari (JLS Pacitan Jogja).
Ceprotan unik dan sakral, dilaksanakan oleh warga Dusun Krajan Lor dan Krajan Kidul. Ceprotan dilaksanakan oleh warga dua dusun saja. Menurut penuturan Juru Kunci, Ceprotan harus dilaksanakan karena kalau sampai tidak dilaksanakan akan terjadi mala petaka dan pageblug bagi Dusun Krajan. Ceprotan diyakini dapat menjauhkan desa dari balak dan memperlancar kegiatan pertanian yang merupakan mata pencaharian utama bagi penduduk Sekar.
Keunikan Ceprotan menjadi magnet para pengujung sampai melebihi kapasitas lapangan tempat pelaksanaan. Ceprotan ada sejak jaman nenek moyang, seiring dengan perkembangan teknologi pengemasan divisualkan dalam bentuk sendratari meskipun masih tampak acrobatic. Ceprotan menggambarkan Ki Godheg membabad alas Padesan sampai pada suatu ketika bertemu Dewi Sekar Tadji yang tidak lain Galuh Candra Kirana hingga terjadinya sumber sekar. Ceprotan dipimpin Juru Kunci, sesaji dan persyaratan upacara adat ceprotan. Juru Kunci mediasi dengan leluhur (Danyang) dan mengunjungi tempat-tempat bersejarah sebelum ceprotan dimulai. Sesaji ditujukan kepada Danyang Kali Sekar dan Danyang Kali saratan dengan membakar kemenyan. Sesaji berupa kelapa muda gambir suruh komplit dengan tembakau uang receh dan lain-lain. Secara rinci sesaji Upacara adat Ceprotan akan di kupas secara jelas pada sesi khusus.